Rabu, 30 Januari 2013

Solusi Banjir Jakarta

PohonGreen.com - Jakarta adalah salah satu kota terbesar di dunia, dengan beragam persoalan klasik sebuah megapolitan. Banjir merupakan persoalan yang selalu muncul setiap tahun, dengan kata lain dalam setahun sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya selalu tergenang untuk beberapa pekan. Air yang menggenang ekosistem Jakarta ketinggiannya bervariasi, malah bisa melebihi tiga meter. Ya, dengan genangan air setinggi itu praktis kehidupan sebagian wilayah ibukota lumpuh total.

Pertengahan Januari 2013 Jakarta dianugerahi air yang berlimpah, ada yang bersumber dari curah hujan, luapan sungai, bahkan air laut yang masuk ke kawasan pesisir. Lengkaplah sudah, sebagaian warga Jakarta pun beralih status menjadi pengungsi  dan harus dievakuasi dari domisilinya.

Banjir di Jakarta tidak terlepas dari keberadaan 13 sungai yang bermuara di pesisir pantai yang masuk wilayahnya, sungai sebanyak itu umumnya berhulu di Kawasan Bogor – Puncak - Cianjur (Bopuncur). Dari kondisi itu saja menunjukkan bahwa solusi banjir Jakarta tidak mungkin hanya mengandalkan aksi dari Pemda DKI, namun harus dikoordinasikan dengan Pemda Kabupaten Bogor, Cianjur dan Provinsi Jawa Barat. Kewenangan Gubernur Joko Widodo hanya menata ruang di wilayahnya. Beberapa upaya dan gagasan seperti membuat terowongan multifungsi, banjir kanal timur, normalisasi kali, dan sebagainya, tidak akan menyelesaikan persoalan jika apa yang ada di hulu kurang penanganannya.

Untuk meredam banjir di Jakarta sempat diusulkan untuk membangun bendungan atau waduk di Ciawi, Kabupaten Bogor. Sehingga ketika musim penghujan tiba, sebagian air yang biasanya menjadi banjir kiriman  dapat ditampung. Memang saat ini istilah banjir kiriman begitu popular bagi masyarakat Jakarta, bahkan keberadaan pinti air Katulampa di Bogor pun sangat dikenal warga Jakarta. Jika pintu air Katulampa dalam kondisi Siaga 1 yang disebabkan oleh debit air yang tinggi, maka sebagian warga Jakarta pun segera menjadi cemas.

Penataan Kawasan Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjut) memang harus ditangangi secara khusus, sehingga ada pihak yang mengusulkan perlunya Kementerian Urusan Jabodetabekjur, atau setidaknya ada setingkat Badan Pengelola Kawasan Jabodetabekjur.

Pendidikan lingkungan untuk masyarakat juga merupakan salah satu solusi penting, sebagai contoh bagaimana menjadikan sungai-sungai yang mengaliri Jakarta tidak dijadikan tempat pembuangan sampah, dengan bantaran sungai yang vegetasinya terpelihara. Begitu pula untuk masyarakat yang berada di kawasan hulu, bagaimana supaya selalu menjaga hutan sekitar.

Kenyataannya di kawasan Bopuncur yang meliputi Kecamatan Ciawi, Megamendung, Cisarua (Kabupaten Bogor) dan Kecamatan Cipanas (Kabupaten Cianjur), sudah terjadi pengrusakan hutan dan alih fungsi untuk kawasan pariwisata, atau sekedar pembangunan vila-vila mewah yang kebanyakan dimiliki oleh warga Jakarta. Suatu kondisi yang dilematis, segelintir warga Jakarta membuka kawasan hijau di Puncak dan sekitarnya, kemudian menyulapnya menjadi hunian-hunian mewah, namun kurang ramah lingkungan.

Jakarta memang sudah mengalami kelebihan beban, Jakarta sudah meronta dan tergopoh-gopoh, solusi nasional perlu segera diterapkan. Jika tidak, maka tak mustahil Jakarta pun akan tenggelam.  (Atep Afia – PG 0113 – 005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar