PohonGreen.com - Jakarta adalah salah satu kota
terbesar di dunia, dengan beragam persoalan klasik sebuah megapolitan. Banjir
merupakan persoalan yang selalu muncul setiap tahun, dengan kata lain dalam
setahun sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya selalu tergenang untuk beberapa
pekan. Air yang menggenang ekosistem Jakarta ketinggiannya bervariasi, malah
bisa melebihi tiga meter. Ya, dengan genangan air setinggi itu praktis
kehidupan sebagian wilayah ibukota lumpuh total.
Pertengahan
Januari 2013 Jakarta dianugerahi air yang berlimpah, ada yang bersumber dari
curah hujan, luapan sungai, bahkan air laut yang masuk ke kawasan pesisir.
Lengkaplah sudah, sebagaian warga Jakarta pun beralih status menjadi pengungsi dan harus dievakuasi dari domisilinya.
Banjir di Jakarta
tidak terlepas dari keberadaan 13 sungai yang bermuara di pesisir pantai yang
masuk wilayahnya, sungai sebanyak itu umumnya berhulu di Kawasan Bogor – Puncak
- Cianjur (Bopuncur). Dari kondisi itu saja menunjukkan bahwa solusi banjir
Jakarta tidak mungkin hanya mengandalkan aksi dari Pemda DKI, namun harus
dikoordinasikan dengan Pemda Kabupaten Bogor, Cianjur dan Provinsi Jawa Barat.
Kewenangan Gubernur Joko Widodo hanya menata ruang di wilayahnya. Beberapa
upaya dan gagasan seperti membuat terowongan multifungsi, banjir kanal timur,
normalisasi kali, dan sebagainya, tidak akan menyelesaikan persoalan jika apa
yang ada di hulu kurang penanganannya.
Untuk meredam
banjir di Jakarta sempat diusulkan untuk membangun bendungan atau waduk di Ciawi,
Kabupaten Bogor. Sehingga ketika musim penghujan tiba, sebagian air yang
biasanya menjadi banjir kiriman dapat
ditampung. Memang saat ini istilah banjir kiriman begitu popular bagi
masyarakat Jakarta, bahkan keberadaan pinti air Katulampa di Bogor pun sangat
dikenal warga Jakarta. Jika pintu air Katulampa dalam kondisi Siaga 1 yang
disebabkan oleh debit air yang tinggi, maka sebagian warga Jakarta pun segera
menjadi cemas.
Penataan Kawasan
Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjut) memang
harus ditangangi secara khusus, sehingga ada pihak yang mengusulkan perlunya
Kementerian Urusan Jabodetabekjur, atau setidaknya ada setingkat Badan
Pengelola Kawasan Jabodetabekjur.
Pendidikan
lingkungan untuk masyarakat juga merupakan salah satu solusi penting, sebagai
contoh bagaimana menjadikan sungai-sungai yang mengaliri Jakarta tidak
dijadikan tempat pembuangan sampah, dengan bantaran sungai yang vegetasinya
terpelihara. Begitu pula untuk masyarakat yang berada di kawasan hulu,
bagaimana supaya selalu menjaga hutan sekitar.
Kenyataannya di kawasan Bopuncur
yang meliputi Kecamatan Ciawi, Megamendung, Cisarua (Kabupaten Bogor) dan
Kecamatan Cipanas (Kabupaten Cianjur), sudah terjadi pengrusakan hutan dan alih
fungsi untuk kawasan pariwisata, atau sekedar pembangunan vila-vila mewah yang
kebanyakan dimiliki oleh warga Jakarta. Suatu kondisi yang dilematis,
segelintir warga Jakarta membuka kawasan hijau di Puncak dan sekitarnya,
kemudian menyulapnya menjadi hunian-hunian mewah, namun kurang ramah
lingkungan.
Jakarta memang
sudah mengalami kelebihan beban, Jakarta sudah meronta dan tergopoh-gopoh,
solusi nasional perlu segera diterapkan. Jika tidak, maka tak mustahil Jakarta
pun akan tenggelam. (Atep Afia – PG 0113
– 005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar